27 Mei 2009

Perencanaan dan Manajemen Energi: Telaah Tahapan Penyusunan

Mahalnya biaya energi untuk menopang kegiatan industri menjadikan energi sebagai salah satu faktor yang tidak bisa lagi diremehkan begitu saja. Apalagi untuk industri-industri yang bersifat padat energi, kenaikan biaya energi ini menjadi semacam lonceng penanda perlunya mengambil tindakan besar atau akan gulung tikar. Sebut saja industri semen misalnya, hampir 30 % dari total ongkos produksinya digunakan untuk pemenuhan kebutuhan energinya, baik untuk sumber energi termal maupun listrik.

Keputusan untuk menggunakan energi dan mengetahui peluang penggunaan suatu sumber energi pada suatu industri sangat ditentukan oleh seberapa besar ongkosnya dan seberapa jauh efek yang ditimbulkannya terhadap lingkungan. Implikasinya adalah energi saat ini telah menjadi strategi bisnis yang sangat diperhatikan oleh para pemangku kepentingan pada sebuah industri. Hal ini disebabkan dengan di susunnya strategi pengelolaan energi akan menjamin kesinambungan pemenuhan energi pada proses bisinis yang sangat kritis mulai dari manufaktur sampai dengan kehandalan pembukuan suatu perusahaan. Selain itu, strategi energi akan memaksimalkan upaya reduksi pengunaannya, harganya dan pengaruhnya terhadap lingkungan.

Saat ini, manajemen energi merupakan jalan untuk mengatur pemanfaatan energi di suatu industri. Manajemen energi ini muncul dan dikenal setelah kita memasuki apa yang disebut oleh para analis energi sebagai ”The Decade of Uncernity” pada tahun 2007. Manajemen energi ini merupakan jawaban bagi ketidakpastian pemenuhan kebutuhan energi disuatu industri. Ditambah lagi, hal ini sejalan dengan Undang-Undang Nomor 70 Tahun 2007 tentang Energi yang mengamanatkan setiap indusri melakukan konservasi energi.

Pada tahun 2005, The Conference Board’s Adivisory Group on Strategic Energy Management di Amerika Serikat merumuskan sebuah “roadmap” untuk perencanaan energi dan manajemennya pada suatu kegiatan bisnis. Adapun tujuan dari penyusunan roadmap ini adalah untuk membantu perusahaan mencegah potensi kehilangan keuntungan dengan memetakan peluang terhadap suplai energi, efisiensi energi dan produk dan jasa energi. Rodamap perencanaan dan manajemen energi bersifat unik untuk setiap perusahaan. Artinya rodamap ini akan berbeda untuk setiap perusahaan tergantung kepada fokus dari roadmap tersebut.

Secara keseluruhan, ada empat tahapan dalam roadmap proses penyusunan perencanaan dan manajemen energi, yaitu:

1. Initial Assessment

Tahap pertama ini merupakan tahap identifikasi terhadap organsisasi untuk pemenuhan kebutuhan energi, kebutuhan energi, resiko, tujuan, image dan reputasi serta potensi bisnis yang berkaitan dengan energi. Dengan kata lain, pada tahapan ini dilakukan pengumpulan segenap potensi yang diperkirakan dapat mendukung perencanaan dan manajemen energi.

Target yang diharapkan adalah mampu menjawab pertanyaan ”seperti apakah peluang bisnis suatu perusahaan jika dikaitkan dengan energi?” Kerangka berpikir ini memberikan konteks peluang yang lebih besar tentang energi dari sekedar ongkos produksi. Dari titik tersebut, manajemen energi diharapkan mampu menjawab pertanyaan seberapa besar energi berpengaruh terhadap:

  • peluang bisnis yang potensial

  • resiko bisnis

  • ”posisi” perusahaan di mata para pemangku kepentingan

Keluaran yang diharapkan dari tahapan ini adalah melangkah kedepan dengan pendakatan strategi manajemen energi yang lebih baik atau tidak sama sekali.

2. Mendesain Proses

Untuk memulai tahapan mendesain proses untuk penerapan manajemen energi ini, perlu diketahui terlebih dahulu secara aktual besarnya energi yang dibutuhkan. Biasanya, data kebutuhan aktual tersebut diperbandingkan dengan data konsumsi energi yang paling efisien dari industri sejenis. Selain itu, dalam memulai mendesain proses juga harus mempertimbangkan faktor-faktor yang lain dari mulai budaya perusahaan sampai dengan sumber dayanya, organisasi dan pendanaan.

Dalam tahapan ini diharapkan dapat diketahui keperluan pendekatan manajemen energi, apakah cukup satu divisi cakupann penanganannya atau meliputi seluruh perusahaan. Selain itu, pada tahapan ini diharapkan dapat diketahui sumberdaya teknis dan finansial yang dapat menopang, baik dari luar dan atau dalam perusahaan seta kompetensinya.

3. Evaluasi Peluang

Pada tahapan ini dilakukan evaluasi peluang yang dapat dilakukan dalam menerapkan perncanaan dan manajemen energi di suatu industri. Keberhasilan suatu evaluasi peluang sangat tergantung pada besarnya penggunaan energi disuatu perusahaan serta kompleksitasnya. Jika pemetaan dan pola pendekatan dalam perencanaan dan manajemen energi tidak baik maka ada beberapa peluang yang seharusnya memberikan imbas positif malahan tidak dapat diraih.

Esensi dari tahapan ketiga ini adalah jenis, jumlah dan biaya energi setiap komponen bisnis. Idealnya hal ini mencakup fasilitas, operasi, transportasi dan distribusi serta jumlah energi yang dikonsumsi oleh produk itu sendiri.

Peluang yang dapat dicapai dapat dibedakan dalam beberapa kategori, yaitu:

  • Efisiensi energi mengurangi jumlah pemakaian energi. Hal ini mengakibatkan pengurangan ongksos operasional dan pengaruh lingkungan .

  • Manajemen penyediaan energi akan menjamin pengendalian biaya dan keberlangsungan penyediaan energi.

  • Energi yang berkaitan dengan produk dan jasa akan menolong produk-produk yang telah ada untuk menjadi lebih berda

    ya saing di pasaran bahkan bisa membentuk pasar yang baru jika mempunyai nilai tambah yang lain.

Peluang-peluang tersebut bersifat unik, artinya tidak sama untuk setiap perusahaan. Peluang-peluang di atas dipengaruhi oleh beberapa fakktor, diantaranya:

  • Produk yang telah ada, proses, fasilitas modal dan peralatan.

  • Riwayat kerja dan sistem peng

    hargaan

  • Pasar baru dan peluang bisnis

Faktor-faktor yang mempengaruhi tersebut bersifat dinamis, bukan statis. Akibatnya, pendekatan strategi yang digunakan untuk perencanaan dan manajemen energi juga bersifat dinamis dan iteratif bukan statis.

4. Implementasi

Tahapan yang terakhir ini mengikuti model sistem manajemen klasik, yaitu penekanan dan penempatan rencana perencanaan dan manajemen energi dalam struktur organisasi. Penempatan ini diharapkan dapat menjamin berjalannya program ini serta terjadi integrasi dalam kultur manajemen perusahaan. Berikut ini beberapa prinsip manajemen dan tools yang diperlukan

  • Komitmen yang jelas dari pucuk pimpinan dengan diwujudkan pada pola kepemimpinan yang kuat.

  • Tujuan yang jelas dan terukur dari setiap tingkatan pencapaian.

  • Sumber daya yang memadai untuk mencapai tujuan yang diinginkan.

  • Peninjauan dan pemutakhiran secara periodik tujuan, pencapaian dan komitmen segenap sumber daya.

  • Mengumkan setiap tahapan pencapaian dan pemberian penghargaan pada setiap pencapaian.

Secara lugas, keempat tahapan tersebut dapat dilihat pada gambar berikut.

Keempat tahapan yang telah di sebutkan sebelumnya merupakan salah satu roadmap untu menjawab tantangan pemenuhan energi di masa depan melalui manajemen energi yang baik. Everyone needs an energy and climate strategy. Now or Never.


Sumber:

-“Navigating Energy Management: A Roadmap for Business”, Charles J. Bennet and Meredith Amstrong Whiting, The Conference Board Excecutiveaction series No. 160 September 2005 USA

- “Undang-Undang Nomor 30 Tahun 2007 tentang Energi”, Sekertariat Negara RI

- “Energy Strategy for The Road Head – Scenario Thinking for Business Executives and Corporate Boards 2007”, Global Business Network

Tidak ada komentar:

Posting Komentar